Ilmu
Statika dan Tegangan
Diambil dari: http://ilmustatika.blogspot.com/2012/05/ilmu-statika-dan-tegangan.html
Pengertian Tegangan
Hukum
Newton pertama tentang aksi dan reaksi,
bila sebuah balok terletak di atas lantai, balok akan memberikan aksi pada
lantai, demikian pula sebaliknya lantai akan memberikan reaksi yang sama,
sehingga benda dalam keadaan setimbang. Gaya aksi sepusat (F) dan gaya reaksi
(F”) dari bawah akan bekerja pada setiap penampang balok tersebut. Jika kita
ambil penampang A-A dari balok, gaya sepusat (F) yang arahnya ke bawah, dan di
bawah penampang bekerja gaya reaksinya (F”) yang arahnya ke atas.
Pada bidang penampang
tersebut, molekul-molekul di atas dan di bawah bidang penampang A-A saling
tekan menekan, maka setiap satuan luas penampang menerima beban sebesar: F/A
Macam-macam Tegangan
Tegangan timbul akibat
adanya tekanan, tarikan, bengkokan, dan reaksi. Pada pembebanan tarik terjadi
tegangan tarik, pada pembebanan tekan terjadi tegangan tekan, begitu pula pada
pembebanan yang lain.
Tegangan normasl terjadi
akibat adanya reaksi yang diberikan pada benda. Jika gaya dalam diukur dalam N,
sedangkan luas penampang dalam m2, maka satuan tegangan adalah N/m2 atau
dyne/cm2.
b. Tegangan Tarik
Tegangan tarik pada
umumnya terjadi pada rantai, tali, paku keling, dan lain-lain. Rantai yang
diberi beban W akan mengalami tegangan tarik yang besarnya tergantung pada
beratnya.
c. Tegangan Tekan
Tegangan tekan terjadi
bila suatu batang diberi gaya F yang saling berlawanan dan terletak dalam satu
garis gaya. Misalnya, terjadi pada tiang bangunan yang belum mengalami tekukan,
porok sepeda, dan batang torak. Tegangan tekan dapat ditulis:
d. Tegangan Geser
Tegangan geser terjadi
jika suatu benda bekerja dengan dua gaya yang berlawanan arah, tegak lurus
sumbu batang, tidak segaris gaya namun pada penampangnya tidak terjadi momen.
Tegangan ini banyak terjadi pada konstruksi. Misalnya: sambungan keling,
gunting, dan sambungan baut.
Tegangan geser terjadi
karena adanya gaya radial F yang bekerja pada penampang normal dengan jarak
yang relatif kecil, maka pelengkungan benda diabaikan. Untuk hal ini tegangan
yang terjadi adalah Apabila pada konstruksi mempunyai n buah paku keling, maka
sesuai dengan persamaan dibawah ini tegangan gesernya adalah
e. Tegangan Lengkung
Misalnya, pada
poros-poros mesin dan poros roda yang dalam keadaan ditumpu. Jadi, merupakan
tegangan tangensial. Gambar 20. Tegangan lengkung pada batang rocker arm.
f. Tegangan Puntir
Tegagan puntir sering
terjadi pada poros roda gigi dan batang-batang torsi pada mobil, juga saat
melakukan pengeboran. Jadi, merupakan tegangan trangensial.
STATIKA
Ilmu gaya terpakai
(Statika-Bangunan) ialah ilmu yang mempelajari kekuatan-kekuatan dan stabilitas
dari konstruksi bangunan dan bagian-bagian dari bangunan.
1. Hitungan Dimensi
Hitungan dimensi menentukan
ukuran-ukuran dari konstruksi bangunan secara ilmiah dengan penggunaan bahan
bangunan se-minim dan se-efesien mungkin. Dengan faktor kemanan tertentu.
Selanjutnya konstruksi bangunan itu selain cukup kuat, juga harus cukup kaku.
2. Hitungan Kontrol
Dengan hitungan kontrol diperiksa,
apakah suatu bangunan konstruksi yang sudah didirikan cukup kuat dan cukup kaku
terhadap beban-beban yang direncanakan.
3. Hitungan Kekuatan
Hitungan kekuatan memepelajari,
apakah perubahan bentuk, peralihan-peralihan, lendutan-lendutan dari suatu
konstruksi bangunan tidak melampaui batas-batas tertentu.
4. Hitungan Stabilitas
Hitungan stabilitas diperlukan agar
bangunan sealu dalam kedudukan kokoh: pemeriksaan hal kedudukan bangunan karena
ledutan-pampat yang tidak merata pada pondasi. Kesalahan montase dan sebagainya
dapat diamsukkan dalam hitungan stabilitas.
Statika adalah ilmu yang mempelajari
kesetimbangan gaya dengan gaya-gaya tersebut dalam keadaan diam.
Kenematika adalah ilmu yang hanya
mempelajari gerak dari benda dengan tidak mempelajari sebab-sebabnya.
Dinamika adalah ilmu yang
mempelajari gerak dan sebab-sebabnya.
1.3. PENGERTIAN GAYA DAN
BESARNYA GAYA
Sebuah benda (titik materi) yang
diam dapat berubah menjadi bergerak. Kalau benda itu bergerak, maka besar dan
arah kecepatan, salah satunya atau kedua-duanya dapat berubah pula. Sebab
perubahan gerak tersebut dinamakan Gaya.
a. Definisi Gaya
Sebab tiap-tiap perubahan gerak
benda (titik-materi) dinamakan Gaya. Suatu gaya ditentukan oleh besar
garis-kerja, arah-kerja dan titik tangkapnya. Besar gaya dinyatakan
dengan kilogram (kg) atau ton (t) dan digambar dengan sepotong garis. Panjang
garis itu diambil dengan perbandingan tertentu, misalnya 1 cm = atau lebih
besar 5 kg atau 1 cm = atau lebih besar 1 ton. Yang disebut skala gaya.
Arah gaya ialah arah bergeraknya benda (titik
materi) dan diberi tanda panah. Sedang di mana gaya itu menangkap, dinamakan
titik tangkap gaya dan dinyatakan dengan huruf besar, misalnya A, B dan
sebagainya.
Garis I yang berimpit dengan
gaya itu disebut garis kerja gaya.
b. Menggambar Gaya P = 6 ton
Pada gambar I digambarkan
sebuah gaya yang bekerja pada sebuah benda. A = titik tangkap. Gaya pada
P = 6 ton, digambar sepotong garis panjangnya 3 cm, bila skala gaya cm = 2 ton.
Garis bertitik-titik disebut garis kerja.
c. Sistim Satuan
Dalam Sistim-Internasional atau
”System International d’unitas” (SI) besar gaya dinyatakan dalam Newton 1 N =
0,1020 kgf, atau 1 kgf = 9,807 N.
Dalam Sistim Satuan-Inggris gaya
dinyatakan dalam pound (lb) dengan 1 lbf = 4,448 N = 0,4536 kgf.
Dalam buku ini penulis menggunakan
satuan kilogram (kg) atau ton (t).
d. Ketentuan
Sebuah gaya P boleh dipindahkan
(digeser) sepanjang garis-kerjanya tanpa mengurangi pengaruh gaya itu pada
benda. Misalnya kita menggeser sebuah benda dengan seutas tali dengan gaya P
(gambar I-2). Apakah tali itu dipegang pada titik A atau B, hasilnya titik A
atau B, hasilnya akan tetap (berat tali diabaikan).
Gambar 1 – 2a. Arah gaya pada
suatu bidang: (a) Horisontal, (b) vertikal dan
(c) gaya miring / diagonal. Sumber:
Gere & Timoshenko, 1994
Gambar 1 – 2b. Gaya normal dan gaya
lintang: (a) Gaya normal Tekan (P1), (b)
Normal Tarik (P2) dan gaya
lintang negatif (P3), (c) gaya lintang
positif (P4) Sumber: Gere
& Timoshenko, 1994
e. Vektor
Skalar ialah besaran yang hanya
ditentukan oleh besarnya, misalnya panjang, luas, volume, energi dan
sebagainya. Vektor ialah besaran yang ditentukan oleh
besar dan arahnya, misalnya gaya, kecepatan, impuls dan sebagainya.
1.3.MENYUSUN GAYA DENGAN
TITIK-TANGKAP PERSEKUTUAN ATAU
SISTIM-GAYA YANG KONKUREN
a.. Ekivalensi dua sistim-gaya
Bila suatu sistim gaya yang bekerja
pada suatu benda diganti dengan sistim-gaya lain, yang pengaruhnya pada benda
tersebut sama dengan pengaruh sistim-gaya pertama, maka kedua sistim itu
disebut ekivalen. Dengan demikian, bila suatu sistim-gaya ekivalen dengan satu
gaya, maka gaya terakhir ini mengganti sistim-gaya itu. Gaya yang mengganti
sistim-gaya disebut resultante (R) dari sistim gaya itu. Mengganti dua gaya
atau lebih menjadi sebuah gaya R disebut ”menyusun gaya”. Gaya-gaya yang
diganti itu disebut ”komponen”. Untuk menyusun gaya-gaya dapat digunakan dengan
dua cara, yaitu Cara Hitungan (analitis) dan Cara Lukisan (grafis).
b. Dua gaya dengan satu garis-kerja
dan arahnya sama
Misalnya pada gambar I-3 kedua gaya
P1 dan P2 arahnya dan garis-kerjanya sama. P1 =
4 kg; P2 = 5 kg; R = P1 + P2 = 4 + 5 = 9 kg.
c. Dua gaya dengan satu garis-kerja
dan arah berlawanan
Misalnya pada gambar I-4 kedua gaya
P1 dan P2 arahnya berlawanan. R = P1 – P2
= 6 -2 = 4 kg. Arah resultante sama dengan arah gaya yang terbesar.
Perhatian
Bila P1 dan P2
sama besar dan kedua gaya tersebut di A dengan arah berlawanan, maka R = 0.
benda ada dalam keseimbangan (diam).
d. Dua gaya dengan arah berlainan
1. Misalnya pada gambar I-5,
gaya-gaya P1 dan P2 bekerja di A dengan arah berlainan
yang sudut besarnya α, Resultante R didapat dari garis sudut-menyudut AR suatu
jajaran genjang dengan sisi P1 dan P2. arah resultante
ialah dari A ke R. Jajaran genjang ini disebut jajaran-genjang gaya (Hukum
jajaran genjang).
2. Untuk mendapat resultante R dapat
juga digunakan segitiga-gaya. Bila dilukis segitiga dengan sisi-sisi P1
dan P2, didapat dengan memindahkan P2 pada ujung P1,
sejajar dengan arah P2, maka sisi ketiga merupakan resultante dari P1
dan P2. Arah R ialah dari titik-tangkap A ke ujung P2
(gambar I-6).
3. Contoh Permasalahan :
Diketahui
: P1 = 4 kg ; P2 = 5 kg
Sudut-apit antara P1 dan
P2 = 45O
Titik tangkap kedua gaya tersebut =
A
Ditanya : Resultante dan arahnya (analitis dan grafis).
Jawab : Analitis. (gambar I-6a)
Jawab : Grafis (gambar I6b)
Lukislah P1 = 4 kg dengan
skala gaya 1 cm = 1 ton.
Lukislah sudut α = 45O, kemudian
lukislah P2 = 5 kg dengan segitiga gaya. Bila R diukur dengan
mistar, maka besarnya R = 4,15 cm = 8,30 kg.
Bila sudut Φ diukur dengan busur
derajat, maka Φ = 25O.
4. Selisih dua vektor
Misalkan pada gambar I-7 vektor P1
dan P2 bekerja di titik A. Karena diambil selisih dua vektor itu,
maka selisihnya dapat ditentukan dengan menjumlahkan P1 dan P2
serta arahnya berlawanan dengan P2.
5. Segi banyak Gaya atau Poligon
Gaya
Bila beberapa gaya P1, P2,
P3 dan P4 yang diketahui besar dan arahnya, dan semuanya
dengan satu titik-tangkap-sekutu A (gambar I-8), maka reultante R
dapat ditentukan dengan cara analitis maupun grafis.
Cara analitis (gambar I-8a)
Cara grafis (gambar I-8b dan I-8c)
Cara menyusun gaya-gaya dengan
jajaran genjang gaya menggunakan terlalu banyak garis-garis, sehingga menjadi
kurang terang (gambar I-8b). Maka lebih baik digunakan cara segi banyak gaya
atau poligon gaya, yaitu dengan melukiskan P2 pada ujung P1,
P3 pada ujung P2 dan seterusnya (gambar I-8c). Besar R
adalah garis penghubung yang ditarik dari awal A samapi ujung gaya yang
terakhir. Arah P dari A ke ujung gaya terakhir itu.
Diketahui : P1
= 4 kg ; α1 = 0O
P2 = 5 kg ; α2 =
60O
P3 = 3 kg ; α3
= 135O
P4 = 4 kg ; α4
= 210O
Sistim gaya ini konkuren (bekerja di
satu titik).
Ditanyakan :
R = 2,25 cm = 4,50 kg
Φ = 78O
Menyusun dua gaya yang bekerja pada
dua garis kerja yang sebidang..
Gaya P1 bekerja pada
garis kerja l1 dengan titik tangkap A dan bekerja pada garis kerja l2
dengan titik tangkap B pada suatu benda. Titik tangkap sekutu dari gaya P1
dan P2 ialah titik C. P1 dan P2 kemudian
dipindahkan pada C. Dibuat jajaran genjang gaya (gambar I-10). Dengan demikian
didapat resultante R. Titik tangkap R didapat dari perpotongan garis kerja R
dan batang AB yaitu di D.
1.4. MENENTUKAN GAYA
1. Menguraikan gaya adalah kebalikan dari menyusun gaya. Bila
menyusun gaya, maka komponen-komponennya diketahui dan dicari resultante,
sedangkan pada menguraikan gaya, gaya yang akan diuraikan dianggap resultante
dan dicari komponen-komponennya.
Contoh 1 :
Diketahui : dua arah l1 dan l2
Gaya P
Ditanyakan
: uraikan gaya P menjadi 2 komponen, P1 dengan garis kerja sejajar l1
dan l2 dengan garis kerja sejajar l2.
Jawab
: Untuk mengetahui P ini dapat dikerjakan dengan jajaran genjang gaya
(gambar I-11a) atau dengan segitiga gaya (gambar I-11b).
Contoh 2 :
Diketahui
: gaya P dengan titik tangkap O.
Ditanyakan
: Uraiakan P menjadi 2 komponen Px pada sumbu X dan Py
pada sumbu Y.
Jawab
:
Px = P cos α
Py = P sin α
(gambar I-12)
2.
Menguraikan sebuah gaya menjadi tiga buah gaya dengan arah sebarang.
A = titik potong l1 dan
l3
B = titik potong l1 dan
garis kerja P.
Gaya P diuraikan menurut 2 arah, l1
dan AB (I-13). Selanjutnya PAB diuraikan menurut 2 arah l2 dan
l3.
Dengan demikian P = P1 +
P2 + P3
P1 + P2 + P3
ialah komponen-komponen dari P
1.5. KESEIMBANGAN
1. Contoh 1 :
Bila pada benda bekerja sebuah gaya
P dan ternyata benda tersebut tidak bergerak (diam), maka disebut, bahwa benda
itu dalam keadaan seimbang, ini disebabkan ada gaya reaksi R, yang menentang
gaya aksi P, sehingga resultante dari gaya aksi dan gaya reaksi sama dengan nol
(I-14).
2. Contoh 2 :
Bila pada sebuah benda bekerja
beberapa gaya yang bekerja di titik tangkap A lalu benda tersebut dalam keadaan
diam maka R = 0 (gambar I-15). Perhatian, bahwa untukkeseimbangan diperlukan :
a.
semua garis kerja gaya-gaya harus melalui satu titik (gaya-gaya konkuren).
b.
Resultante gaya R = 0, jadi poligon gaya menutup
3. Contoh 3 :
Tiga buah gaya P1 dan P1
tidak dalam keadaan seimbang meskipun poligon gayanya tertutup, karena
garis kerja gaya dari ketiga gaya itu tidak melalui satu titik (gambar I-16).
4. Contoh Permasalahan :
Diketahui : Pada sebuah benda bekerja di gaya P1, P2, P3
dan P4 yang bekerja di titik tangkap A.
Ditanyakan : Tentukan gaya P5 sehingga benda tersebut dalam keadaan seimbang
dengan cara grafis.
Jawab : Gaya P5 dilukis dengan melukis poligon gaya P1, P2,
P3, P4 dan P5 yang tertutup (gambar
I-17).
1.6. RANGKUMAN
Ilmu gaya terpakai
(Statika-Bangunan) ialah ilmu yang mempelajari kekuatan-kekuatan dan stabilitas
dari konstruksi bangunan dan bagian-bagian dari bangunan. Statika adalah
ilmu yang mempelajari kesetimbangan gaya dengan gaya-gaya tersebut dalam
keadaan diam. Sebuah benda (titik materi) yang diam dapat berubah menjadi
bergerak. Kalau benda itu bergerak, maka besar dan arah kecepatan, salah
satunya atau kedua-duanya dapat berubah pula. Sebab perubahan gerak tersebut
dinamakan Gaya. Skalar ialah besaran yang hanya ditentukan oleh besarnya,
misalnya panjang, luas, volume, energi dan sebagainya. Vektor ialah besaran
yang ditentukan oleh besar dan arahnya, misalnya gaya, kecepatan, impuls dan
sebagainya. Bila suatu sistim gaya yang bekerja pada suatu benda diganti dengan
sistim-gaya lain, yang pengaruhnya pada benda tersebut sama dengan pengaruh
sistim-gaya pertama, maka kedua sistim itu disebut ekivalen. Menguraikan gaya
adalah kebalikan dari menyusun gaya. Bila menyusun gaya, maka
komponen-komponennya diketahui dan dicari resultante, sedangkan pada
menguraikan gaya, gaya yang akan diuraikan dianggap resultante dan dicari
komponen-komponennya.